Searching...
Thursday, March 20, 2014

SEKILAS TENTANG JENIS PERAHU ATAU KAPAL NELAYAN PANTURA LAMONGAN

Barisan perahu nelayan Brondong & Blimbing bersandar di pesisir sekitar pelabuhan.
Terkadang --bagi saya-- sangat sulit untuk membuat spesifikasi jenis alat angkut nelayan ini, apakah bisa disebut kapal? Sementara secara fisik masih pada kadar tradisional dan tonase tidak sebegitu besar --kesimpulan ini saya ambil dengan kacamata tahun 1980-1990. Kecuali kapal nelayan dengan alat tangkap purse seine atau jaring cincin yang tonase --tonase istilah saya adalah kemampuan angkut, maaf kalau salah-- yang relatif lebih besar kemampuan angkutnya.

KAPAL

Pada era 80'an --mungkin kawan-kawan pesisir Lamongan masih pada ingat-- selain perahu dengan alat tangkap tradisional desa Brondong dan Paciran juga menjadi  pangkalan kapal kayu - jaring cincin dengan tonase yang sangat besar --kala itu-- milik pengusaha lokal. Beberapa yang masih saya ingat namanya adalah KM Anak Nelayan milik H. Warkoem, KM Abadi, KM Fajar Nelayan dan beberapa yang lain saya lupa.

Illustrasi kapal motor paling besar yang ada di pesisir utara Lamongan --kala itu.
Jenis kapal ini adalah salah satu alat angkut nelayan yang menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak pada era 80'an, selain ethek. Dan beberapa dari orang tua pada jaman itu menyebutnya sebagai kapal pekalongan, kapal jaring ijo atau kapal pukat ijo yang mana istilah jenis ini tidak terlepas dari koloni asal pengguna kapal ini ada di Pekalongan Jawa Tengah, atau warna jaring dan pukat mereka adalah nilon hijau.

Kapal ini tidak dapat merapat atau mendarat untuk bongkar muat di pelabuhan Brondong, karena tonasenya yang besar serta karang dangkal yang akan menghalangi mereka masuk ke area pelabuhan. Untuk itu mereka cukup buang sauh sekitar seratus atau dua ratus meter ke utara dari anjir yang menjadi patokan area karang --anjir juga sebagai plawangan/patokan kapal nelayan yang lebih kecil untuk aktifitas keluar atau masuk ke pelabuhan tatkala air sedikit surut sehingga tidak membahayakan aktifitas mereka.

Jadi, untuk membongkar atau menaik turunkan muatan, perbekalan dan seluruh belah/ABK mereka membutuhkan stekholder yang menggunakan ethek dengan mesin tempel. Terkadang juragan yang mempunyai banyak kapal juga mempunyai ethek sendiri yang di operasikan oleh anak buah mereka yang tidak melaut.



Bapaknya Naryo (baca nariyo) ... galangan kapal H Roesdi blimbing

2 comments:

  1. kalau jenis dan arsitektur perahu lamongan itu has, hasnya terletak pada desain perahu yg sarat dg nilai2 filosofis jawa islam. linggi, tiang,dewi2, petak, metido, anjir adalah kosakata yg semuanya menyiratkan masuknya islam di daerah pesisiran lamongan, dimana kala itu sedayu lawas mnjd dermaga kerajaan islam yg mnhubungkan nusantara dg daerah timur tengah, eropa dan china

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih, link berikut sekiranya bisa menambah sudut pandang mas
      https://kampong-nelayan.blogspot.com/2017/02/falsafah-islam-dalam-perahu-tradisional.html

      Delete

 
Back to top!