Searching...
Friday, October 6, 2017

Ki Narto Sabdho

Pagi itu sangat sibuk, si mbah memasak bubur abang, bubur putih, bubur ireng, bubur dedek, tumpeng dan sego golong lengkap sak ubo rampene. Daun pintu rumah dilepas, memasang tenda di depan rumah dan tikar pun di bentangkan dan selanjutnya pukat dan peralatan pendukungnya di keluarkan.

Satu dua orang mulai berdatangan untuk membantu memperbaiki bagian pukat yang hendak digantikan dengan bagian yang baru, dan musik pun berkumandang setelah do'a bersama yang dipimpin oleh wak modin dan dilanjut makan bersama hidangan tadi sebelum mengawali mlawah puket bersama.

Begitulah kehidupan di kampung nelayan (Brondong - Lamongan) kala itu, gayup rukun dan saling membantu. Semua pekerjaan yang bisa dilakukan bersama selalu mereka usahakan untuk dikerjakan bersama-sama. Dan irama karawitan Condong Raos mengalun syahdu dari tape yang masih mono.


Sepertinya sudah menjadi tradisi, pekerjaan nelayan dikampung kami memutar kaset Condong Raos untuk menemani mereka kala bekerja bersama. Dan inilah yang membuat saya selalu mengingat kampung halaman saat mendengar lantunan tembang-tembang jawa terutama dari Condong Raos. 












0 comments:

Post a Comment

 
Back to top!