Searching...
Friday, February 10, 2017

Falsafah Islam dalam Perahu Tradisional


Dari tahun 1996 - 2001 saya sangat intents dengan pengajian Padhang-mBulan Cak Nun, apalagi saat itu saya bermukim di Jogja (melarikan diri sebagai nelayan) dan ikut merasakan awal majlis Macapat Syafa'at di Kasihan-Bantul. Satu hal yang membuat saya terhenyak sampai saat ini adalah kajian Cinta Segi Tiga yang menggambarkan hubungan antara hamba, rasulullah dan Allah swt.

Dan kenapa pula saya menuliskan ini pada blog yang membahas kehidupan nelayan pantura Lamongan? Justru itu, saya mendapatkan penjabaran konsep cinta segi tiga ini jauh sebelum saya ke Jogja dan masih melakoni hidup sebagai nelayan tepatnya setelah lulus dari SMA, walau dalam versi jawa dengan symbol yang diambil dari sekitar keseharian nelayan. Dan yang bikin ter-sesat-nya lagi adalah narasumber yang jauh dari embel-embel kyai ataupun santri dan terbiasa menyitir qur’an dan hadist, seperti pengalaman saya berikut ini.

***

Saya menjamin jika anda hidup di kampung, sekecil apapun urusan pribadi anda, tetangga sekitar akan mengetahuinya. Seperti ketika saya harus mengurus Pass di Syahbandar Sedayu Lawas kala itu, sorenya bertemu dengan Yik Sid (Yaik Sid, Joyo Sid) mantan juragan tua yang tinggal berselisih satu rumah dari saya. Berikut percakapan kami setelah saling menyapa dan berbasa-basi sebentar:

YS (yik Sid)
S (saya)

YS    : Dane bar teko syahbandar Sedayu ngurus pass ngunu cung?
            Sepertinya habis dari syahbandar Sedayu untuk mengurus Pass nak?

S       : Nggih yik, mergi sakniki kulo mbiyantu juru mudi.
            Ya mbah, karena saat ini saya sebagai asisten nahkoda.

YS    : Lha wis iso moco arus karo serangan tah cung?
            Apakah kamu sudah bisa membaca arus (angin & air) dan membaca arah (tujuan) nak?

S       : Nggih tasih belajar yik.
            Ya masih belajar mbah.

YS    : Nik awakmu wis iso nyekel mudi, lungguh kene sik ... aku pengen nuturi.
            Kalau kamu sudah bisa mengendalikan kemudi (perahu), duduk sini ... aku mau menasehati.

Begitulah orang tua di kampung dalam menyikapi anak-anak yang ada disekelilingnya, selalu ada perhatian berbentuk nasehat dan petuah dalam setiap tahap perkembangannya. Saya memperkirakan yik Sid akan memberikan teori mengendalikan arus bawah (kekuatan dan arah gelombang, arus laut) dan arus atas (kekuatan dan arah angin), padahal semua itu lebih gampang diterangkan ketika praktek secara langsung. Karena semua unsur diatas hampir tidak berbentuk dan hanya bisa dirasakan.

***

Sejatinya juru (ke-)mudi perahu adalah peran mengarahkan tujuan dan tanggung jawab atas muatan baik itu barang dan manusia sampai dengan selamat ke arah/tujuan. Muatan ini merupakan pengejawentahan unsur jasmani – ruhani, serta pengarahkan tujuannya kepada gusti allah.

Bila posisi kita berada di buritan tempat kemudi, akan terlihat badan perahu yang simetris bila dibelah dari ujung depan (linggi ngarep – haluan) ke belakang (linggi mburi – buritan) dan di tengah ada satu tiang layar tinggi tertanam kuat pada bagian tengah perahu dan terhubung kekang tali baja pada bagian depan buritan yang disebut dengan tali penurut, posisi layar menggantung pada sisi kanannya. Begitu pula mudi secara default mengikuti posisi layar terpasang pada sisi kanan perahu guna memanfaatkan atas efek kemiringan perahu sekian derajat karena faktor dorongan angin dari samping kiri, samping kiri depan atau pun arah samping kiri belakang sehingga kemudi masuk secara maksimal ke dalam air laut. Kendali  daun kemudi dengan kedalaman ini adalah ilmu, elmune ndunyo lan elmune ngakerat (ilmu dunia dan ilmu akhirat –agama). Keduanya harus dimiliki sebagai bekal manusia hidup dan untuk menyongsong kematiannya kelak. Kendalikno sak lorone ojo nganti abot sisih, iso nubleg uripmu (kendalikan keduanya agar seimbang, bisa celaka hidupmu).

S       :  Terus bagaimana cara saya mengendalikannya biar tidak nubleg yik?

YS    :  Pagon slambar kelat, atur kenceng kendone. Ojo nganti luwih … ojo nganti kurang. Iku 
            minongko guru elmu lan guru ngajimu.
(Atur tali pengatur layar –pengendali keras atau lemah tangkapan angin. Jangan sampai terlalu
            keras atau terlalu lemah. Itu ibarat guru dan kyaimu).

YS    :  Semunu ugo tek mbar mudi-mu panteng-anteng gak mobat-mabit, perlu dipateg singkiran-e. 
            Jiret kencet ojo nganti ucul.
(Begitu juga -cara memasang- kemudi, biar kokoh tidak terombang-ambing, perlu ditekan kuat
           pada -gelondong- kayu singkiran. Kekang kuat talinya jangan sampai terlepas).

Sebagai  pengendali arah bahtera, kemudi laksana pengendali keinginan, tujuan, harapan dan cita-cita yang didorong kuat oleh hasrat. Tujuan dan cita-cita akan tercapai dengan baik bila hasrat berlandaskan pada nilai-nilai yang baik dan harus bisa menekan kuat hasrat dan nafsu yang kurang baik, itulah kenapa gelondong kayu landasanan kemudi dinamakan singkiran. Sesuatu yang harus kita singkirkan, hindari jangan sampai kamu lakukan.

***



Hanya ada dua cara kendali kemudi yaitu belok dan nurut, tidak bisa diartikan sebagai kiri atau kanan. Secara harfiah belok adalah menarik sengkalan (tuas) kemudi ke arah luar badan kapal dan nurut adalah menarik tuas kemudi ke arah dalam. Bila posisi kemudi ada di sisi kanan buritan kemudian kita belok maka efeknya adalah haluan perahu akan merubah arah ke kiri, dan bila kita tarik tuas nurut maka arah haluan perahu bergerak ke kanan. Ini tidak berlaku bila posisi kemudi harus berpindah ke sisi kiri buritan karena faktor arah angin mengharuskan tadah –merubah posisi layar pada sisi kiri perahu, maka belok akan merubah arah haluan ke kanan begitu pula sebaliknya kalau menarik tuas nurut akan merubah arah haluan ke kiri.

Saya berusaha keras mengingat tuturan makna perpindahan kemudi tapi sama sekali tidak berhasil, blank -saya lupa. Hanya ingat istilah tadah yang bermakna nadahi opo bae kahananing urip atau harus tetap menerima dan bersyukur apapun itu keadaan dan situasi yang kita jalani mugo-mugo iki ya berkahe gusti allah –semoga ini juga berkah (terbaik) dari Allah swt untuk kita semua (yang ada di perahu).

YS    :  Awakmnu wis ngerti lapo narik sengkalan mudi menjero kok diarani nurut?
(Apakah kamu sudah paham, kenapa menarik tuas kemudi ke –arah dalam disebut nurut?).

S       : Sanjange bapak riyin, wektu ngajari kulo nyemeng mudi naliko tasih kelas gangsal SD. 
            Nurut niku nggih narik sengkalan mudi nyedak (tali)penurut yik. Tali penurut dados patokan.
            (Saat saya belajar pegang kendali kemudi ketika masih kelas lima SD dulu, menarik tuas    
            kemudi ke arah dalam. Dan -penurut- tali baja pengekang tiang layar ke badan perahu depan               buritan adalah sebagai patokannya)

YS    :  Hyo ngunu yo bener, tapi aku ape meruhi awakmu maksud-e nurut (menarik tuas kemudi ke 
            arah dalam) nambek tali penurut?
(Ya … itu juga benar, tapi aku akan memberitahu kamu makna kata nurut dan tali penurut).

Sebenarnya arti kata nurut, menuruti, meyakini, mengikuti perintah kanjeng nabi. Maka mereka menyebut menarik tuas kemudi ke arah dalam itu nurut, karena kesejatian manusia itu ada ruh Muhammad. Kita harus mengikutinya sebagai acuan dengan melihat kedalam, menep.
Dan dari posisi duduk (mengemudi perahu) berkiblat pada –tali-penurut, yang terkekang di depanmu terus naik ke atas puncak tiang layar bermakna dengan mengikuti ajaran rasulullah maka kita akan terhubung dekat dengan gusti allah. Kalau semua sudah kamu pahami dan melakoni-nya, insya Allah … Allah akan menjagamu, soal rejeki yang ingin kamu dapatkan di laut, percayakan … gusti allah wis ngatur.

Mak jleb! Sebenarnya sampeyan itu siapa sih yik?

Pitutur kebaikan itu bisa datang dari manapun dan siapapun. Bahkan dari pensiunan juragan juga ahli dalam pertukangan perahu yang bernama yik Sid –Joyo Sid. Al-fatihah untuk beliau.


Notes
- Pass (di syahbandar) : Semacam ijin layar kapal. yang biasanya digunakan untuk melapor ke syahbandar setempat 
   ketika kita bersandar.
- Yaik-yik : mbah, kakek
- Cung - Kacung : Nak, Anak
- gusti allah : Orang jawa lama menyebut Allah SWT
- mudi : Kemudi
- linggi mburi : Buritan
- linggi ngarep : Haluan- Yaik-yik : mbah, kakek
- elmune ndunyo lan elmune ngakerat: ilmu dunia dan ilmu akhhirat (agama)
- singkiran: gelondongan kayu diameter kurang lebih 15cm dengan panjang kira-kira 2 meter pengganjal kemudi dan 
   dikaitkan kolong bagian buritan perahu.
- tali penurut: Tambang baja kuat pengekang tiang layar ke badan perahu.
- nubleg :  Tersungkur/celaka

0 comments:

Post a Comment

 
Back to top!